Subang (12/09/2025) – Di sebuah ruang kelas di atas bukit, para siswa SMK-IT As Syifa menyimak dengan mata berbinar. Hari itu, mereka kedatangan tamu istimewa: Bang Yasykur, seorang profesional muda yang kini bekerja di perusahaan multinasional berbasis Taiwan, Growise, dengan fokus pada teknologi data scraping yang erat kaitannya dengan pemanfaatan AI (Artificial Intelligence).

Kehadirannya bukan sekadar berbagi pengetahuan. Ia datang membawa kisah hidup—tentang tekad, perjuangan, dan keyakinan bahwa mimpi besar bisa lahir dari ruang sederhana.

Bang Yasykur pernah menapaki jalan yang tidak mudah. Semasa SMK, ia bahkan sempat belajar di tengah keterbatasan. Jurusan yang seharusnya berfokus pada komputer, justru mengharuskannya ikut membangun jalan. Ia adalah bagian dari angkatan pertama. Tapi, alih-alih mengeluh, ia memilih untuk tekun belajar. Tekad itu yang kemudian mengantarkannya menembus UTBK dan masuk ke Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

“Kalau saya bisa, maka adik-adik pun bisa,” ujarnya mantap di hadapan siswa SMK-IT As Syifa.

Dari SMK Menuju Dunia Teknologi AI

Karier profesional Bang Yasykur pun tak kalah menginspirasi. Setelah lulus kuliah, ia sempat bekerja di Brindata Surabaya, BRI, hingga Huawei. Kini, ia berkarier di Growise, Taiwan, bekerja secara daring (Work From Home), dengan tanggung jawab besar yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

Di usia muda, ia dipercaya memegang proyek senilai 23.000 USD. Dengan manajemen risiko yang matang, proyek itu bukan hanya berhasil, tetapi juga melahirkan kepercayaan besar dari klien. Pesanan berulang berdatangan dengan nilai hingga 11.000 USD, bahkan mencapai 700.000 USD. Angka-angka itu menunjukkan bahwa integritas, kerja keras, dan kemampuan menguasai teknologi mutakhir—termasuk AI—dapat membuka pintu kepercayaan global.

Pendidikan, dan Janji untuk Sang Ibu

Namun, ada alasan yang lebih dalam di balik semangatnya meniti jalan panjang ini. Almarhumah ibunya pernah berpesan: anak-anaknya harus bisa menempuh pendidikan lebih tinggi darinya. Ibunya pernah meraih gelar S2, dan pesan itu menjadi api yang tak pernah padam di hati Bang Yasykur.

Kini, ia tengah menyiapkan dokumen untuk melanjutkan studi ke jenjang magister. Sebuah janji yang ingin ia tepati. Sebuah warisan doa yang ingin ia wujudkan.

Dalam perjalanannya, Bang Yasykur menyadari bahwa AI tidak hanya soal teknologi, melainkan tentang bagaimana anak bangsa bisa memanfaatkannya untuk menjawab masalah nyata. Bagi dirinya, pesan ibunda dan perkembangan AI sama-sama menjadi pengingat bahwa pendidikan dan inovasi adalah warisan terbaik untuk masa depan.

Inspirasi untuk Generasi SMK-IT As Syifa

Tak hanya untuk dirinya, Bang Yasykur juga menitipkan harapan bagi siswa SMK-IT As Syifa. Ia mendorong mereka untuk berani mengikuti kompetisi tingkat dunia, seperti hackathon—ajang yang kini banyak menyoroti solusi berbasis AI.

“Event seperti hackathon akan membuka cakrawala kalian. Di situlah kalian diuji, apakah bisa menjawab tantangan dunia nyata dengan kreativitas dan teknologi AI,” ungkapnya.

Ada satu hal yang selalu ditekankan Bang Yasykur: ia tidak pernah menyesal masuk SMK. Dari perjalanan itulah ia belajar bahwa setiap jalan, betapapun sulitnya, menyimpan hikmah. Kini, ia berdiri sebagai bukti nyata bahwa siswa SMK pun mampu menembus panggung global, bahkan di era dominasi AI.

Dan di balik semua pencapaiannya, ada satu kebanggaan sederhana: ia bisa menjadi teladan untuk adiknya, yang saat ini juga bersekolah di SMK-IT As Syifa. Sebuah estafet perjuangan agar mimpi besar terus berlanjut.

Dengan mata berkaca-kaca, Bang Yasykur menutup pesannya: “Teman-teman, ingat yaa… AI akan jadi bagian dari masa depan kalian. Maka dari itu, jangan ragu untuk terus belajar dan berani mencoba hal baru. Saya harap siswa SMK bisa mengikuti kompetisi hackathon, karena buat saya, event hackathon akan bisa membuka cakrawala teman-teman di SMK untuk menjawab tantangan dunia nyata dengan ide-ide segar dan solusi kreatif.